Image and video hosting by TinyPic

Friday, September 15, 2006

Danau Maninjau, Surga Dunia Bagi Wisatawan

2 komentar

Angin berhembus semilir di kabupaten Agam. Hawa sejuk pun menjamah tubuh dengan penuh kelembutan. Sementara itu keindahan alam makin terasa tatkala kemegahan gunung yang terhampar tegar di wilayah kabupaten yang beribukotakan Lubuk Basung ini, terhampar penuh pesona.
Sebagai daerah yang terletak pada posisi yang strategis dalam wilayah propinsi Sumatera Barat, banyak menyimpan berbagai potensi keindahan alam dan budaya, Natural and freshly, serta kegiatan seni dan budaya yang unik dan menarik merupakan salah satu yang dapat dibanggakan apalagi didukung oleh kultur masyarakat rang Agam yang ramah-ramah. Sebagai artian,

Nan Merah Sago
Nan Kuriak kundi
Nan Indah Baso
Nan Baik Budi


Menunjang kepariwisatawan di Kabupaten Agam selain ditemukan keindahan alamnya tidak bisa terlupakan adalah kenangan yang termasuk didalamnya, kerajinan rakyat dan hasil berbagai kelompok yang bersifat kerajinan tradisional yang masih memakai hand made buatan tangan baik tenun bordir, sulaman, pandai besi, perak, emas secara apik dan indahnya bukan main yang secara turun temurun dikerjakan oleh anak nagari.
Keseluruhan obyek wisata dapat dijangkau dengan jaringan transportasi untuk kemudahan mencapai kunjungan, sehingga dalam perjalanan daerah tujuan wisata akan ditemui kondisi alamnya, (gunung, bukit, lembah, dataran dan danau serta pantai), di dukung pula oleh pemanfaatan lahannya yang dapat menciptakan begitu banyak panorama alam yang sangat indah dan sangat mudah ditemukan dan terlihat dari jalan raya utama yang dilewati.
Makanya, kali ini kami sengaja mengajak anda untuk berwisata ke berbagai objek wisata di kabupaten Agam dan merupakan gerbang wisata Sumatera Barat.
Dan bila anda menyempatkan diri berkunjung ke Kabupaten yang kini kembali dipimpin Aristo Munandar dan juga merupakan putra asli daerah ini, bila anda dari Bukittinggi menuju Maninjau atau Lubuk Basung, dalam perjalanan pasti anda akan mendapatkan pemandangan yang cukup menarik, yakni lenggok kerbau yang sedang menghela pedati di jalanan. Bahkan begitu menariknya pemandangan ini, penyanyi legendaris Minangkabau, Elly Kasim pernah mendendangkannya dalam sebuah lagu yang berjudul Kabau Padati.
Pedati, semacam gerobak yang ditarik oleh kerbau, dijadikan alat pengangkut barang di zaman dahulu, dan kini masih dijumpai disekitar daerah Lawang, Palembayan, Lubuk Basung dan Baso.
Karena lambat jalannya sarat dengan muatan siganjo lalai, maka diberi tanda bunyian ganto (genta) dileher kerbau, membuat perjalanan dikesunyiaan ditingkah oleh gemercing ganto. Dan bunyi ganto inilah yang paling menarik wisatawan untuk mendengarkannya dengan khidmat.
Pedati sering diibaratkan dengan rundungan nasib suratan, rodanya dilantunkan dengan "bak cando roda pedati" sekali naik rezeki sekali menurun. Di samping ungkapan kerbau dalam menghela, jauh lagikah pemberhentian.
Saat ini, objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara adalah Puncak Lawang yang berada di atas ketinggian ± 1.210 m diatas permukaan laut. Pada zaman penjajahan Belanda. Puncak Lawang sudah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi kaum bangasawan Belanda saat itu. Dari sini kita dapat menikmati kawasan Danau Maninjau dan juga Samudra Indonesia.
Dan disebabkan tempatnya yang berada di atas ketinggian serta pemandangannya yang begitu memukau, maka saat ini kawasan Puncak Lawang dikembangkan sebagai lokasi Take Off Olah Raga Dirgantara Paralayang (Paragliding). Sambil melayang-layang bebas di udara dan menjelang mendarat di Bayur, tepian Danau Maninjau, dari udara kita dapat menikmati keindahan Danau Maninjau yang tiada duanya di dunia ini.
Bagi mereka yang menyukai tantangan dan lintas alam dapat berjalan kaki menuruni lereng menuju Danau Maninjau atau melintasi hutan lindung ke Objek Wisata Embun atau kembali ke hotel. Dan perjalan wisata kita kurang lengkap jika belum mencoba menikmati keindahan Danau Maninjau dari udara dengan Terbang Tandem mengunakan Paralayang bersama penerbang-penerbang lokal yang handal dan terlatih.
Bila anda masih punya waktu untuk berada di Puncak Lawang, jangan lupa membeli dan mencicipi manisnya Saka Lawang. Lelah dalam perjalanan tak ada salahnya untuk rehat sejenak. Untuk menghilangkan rasa dahaga anda bisa peroleh dari batang tebu, sebab hampir keseluruhan daerah ini dipenuhi Batang Tebu yang sengaja ditanam sebagai mata pencaharian masyarakat Puncak Lawang.
Melalui proses tradisional tebu ini diolah menjadi gula tebu (saka) yang digunakan sebagai bahan pemanis untuk masakan, terutama kue. Saka Lawang cukup populer ditengah-tengah masyarakat Minang.
Jika kita ingin berwisata menikmati Danau Maninjau atau ingin menikmati Panorama Embun Pagi dan Embun Tanai serta keindahan Puncak Lawang jangan lupa singah dulu di Pasar Matur, guna membeli Kacang Matur, kacang rendang yang gurih untuk menemani perjalanan wisata anda nantinya.
Tak jauh dari Puncak Lawang, anda juga bisa menikmati panorama yang indah dari Embun Pagi. Disini, sesuai dengan namanya, suasananya selalu bagaikan kita berada di pagi hari. Sejuk dan nyaman.
Objek wisata Embun Pagi, terletak tidak seberapa jauh dari objek wisata danau Maninjau dan juga berada pada ketinggian sekitar ± 1.000 M dari permukaan laut, dan memberikan kebebasan pada Anda untuk melayangkan pandangan menikmati keindahan alam sekitarnya. Dari sini, Anda juga bisa meninkmati pesona yang dipancarkan oleh objek wisata Danau Maninjau.
Maninjau berasal dari kata tinjau, semula ada rombongan hanya ingin meninjau saja, ternyata jadi menetap (Nagari Maninjau), berlanjut dengan melakukan kegiatan keingin tahuan lebih mendalam dengan cara menyigi seperti nama kampung Sigiran. Sewaktu menyigi itu banyak dijumpai pohon Bayua jadilah sekarang Nagari Bayua. Sebagai bukti dari alam takambang dijadikan guru.
Menurut legenda/cerita lama asal Maninjau ini, berkembang dari legenda Bujang Sembilan, dimana dari keluarga terdiri dari 10 orang, 9 orang laki-laki (bujang) dan seorang perempuan bernama Sani, keelokkan paras dan kucindannya (perilaku) menjadi daya pikat tersendiri olrh pemuda bernama Sigiran yang kemudian menjalin asmara.
Datanglah tuduhan dari Bujang bahwa selama menjalin asmara telah terjadi perbuatan amoral. Tuduhan itu dibuktikan oleh kedua insan dengan cara melompat terjun kekawah gunung Tinjau sebagai sumpah atas pembuktian, manakala terbukti, maka gunung Tinjau akan meletus dan menenggelamkan kampung itu, sebagaimana Danau maninjau sekarang yang masih ada kawah. Sedangkan Bujang Sembilan dikutuk menjadi ikan, konon masih hidup hingga kini.
Berbagai fasilitas pendukung juga tersedia di Maninjau, salah satunya Hotel Maninjau Indah. Atraksi kesenian dapat anda nikmati, seperti pantun dan lagu Kim Rajo bintang selaku pionir yang telah berjasa mengembangkan wisata lainnya sperti hotel, home stay dan cafe serta makanan spesifik danau yang bisa anda cicipi seperti : rinuak, bada hitam, ikan bakar, pensi yang mempunyai cita rasa yang spesifik.
Karena kemilaunya yang menggoda, tak heran pesonanya dilukiskan pula dalam pantun :
Jika makan sirih, makanlah dengan pinang yang hijau. Jika ke Ranah Minang, jangan lupa berkunjung ke Maninjau
Dari Embun pagi ini, bila anda turun menuju Danau Maninjau dengan kendaraan pribadi atau bus umum, maka anda akan melewati kawasan Kelok Ampek Puluah Ampek. Menjelang sampai di bawah, anda akan menjumpai aneka macam souvenir seperti topi dari anyaman pandan, tas kampia, koleksi kalung, gelang dari tulang serta tanaman menjalar buah labu yang berkhasiat obat sekaligus dapat dijadikan penganan.
Kawasan ini diberi nama Kelok Ampek Puluah Ampek, dalam bahasa Indonesianya tikungan 44, karena memang menjelang kita sampai di Danau Maninjau, kita akan melalui tikungan tajam sebanyak 44 kali. Pada tiap tikungan yang tajam itu, selalu diberi tanda sudah berapa tikungan yang kita lewati, dan semua tikungan itu berjumlah 44 buah.
Begitu anda sampai di bawah, maka anda akan disambut sebuah simpang tiga. Bila belok ke kiri, maka anda bisa pergi berkunjung ke rumah kelahiran Buya Hamka di Sungai Batang, tepatnya di Kampung Muaro Pauh. Di sebuah rumah sederhana 1908 atau 1325 Hijriah itulah Hamka dilahirkan. Sekarang bangunan bersejarah itu telah ditempatkan sebagai museum rumah kelahiran Buya Hamka. Bila belok ke kanan, anda bisa menuju Lubuk Basung, ibukota kabupaten Agam.
Berkunjung ke rumah kelahiran Buya Hamka merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan dengan kebesaran dan nama besar Buya yang umbuh menjadi ulama besar, sastrawan dan tokoh pemimpin umat. Berkat kepiawaiannya itulah Hamka dianugerahkan gelar Prof. Dr. Hamka.
Buya Hamka tidak saja di kenal di Indonesia tapi juga di kagumi melebihi batas atanah air. Di Malaysia, disertai gelar Doktor mengenai Hamka cukup banyak. Tak heran banyak warga Malaysia yang berkunjung ke museum rumah kelahirannya.
Ketauladanan, keteguhan dan kegigihan dalam mempertahankan prinsip serta rasa toleransi dapat dilihat dalam kehidupan Buya Hamka. Buya juga seorang pujangga, filosofis dan penulis besar. Tenggelamnya Kapal Vander Wijck merupakan salah satu bukunya yang terkenal. Dia juga pernah menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia. Hal itu tak lepas berkat tempaan dan pendidikan yang ditanamkan ayahnya Syekh Abdul Karim Amarullah.
Sebelum sampai di Rumah kelahiran Buya Hamka, Anda akan melewati perkampungan syiar agama yang lebih dikenal dengan sebutan Jorong Binaan Islami Qoriah Tarbiyah.
Ya, Maninjau memang dikenal banyak melahirkan tokoh nasional dan internasional dibidang agama, politik, ekonomi pendidikan. Tidak saja Buya Hamka, tetapi juga AR. Mansur, Moh. Natsir, Rasuna Said, Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa (mantan Gubernur Sumbar), mantan Menko Kesra Bachtiar Chamsyah dan sebagainya.
Bila anda memilih belok kanan begitu sampai di Maninjau dari Kelok Ampek Puluah Ampek menuju Lubuk Basung, maka setelah anda melewati PLTA Maninjau, disebelah kanan jalan, tepatnya dipinggir jalan menuju Muko-Muko, anda akan menemui sebuah kolam berukuran sekitar kurang lebih 1.5 x 2.5 M. Kolam ini cukup unik, dan sulit dicerna dengan akal sehat. Sebab di dalam kolam ini terdapat air yang cukup aneh. Air ini memiliki 3 rasa yang saling kontradiksi, yaitu manis, asam, dan pahit. Tempat ini dikenal dengan nama Air Tigo Raso (Air dengan tiga rasa berbeda).
Aneh tapi nyata, begitu kesan pertama yang muncul ketika Anda pertama kali mendatangi objek wisata ini.
Kolam air Tigo Raso yang terletak di Kota Malintang ini, diyakini oleh masyarakat setempat memiliki kekuatan gaib. Masyarakat mempercayai bahwa airnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Dan yang utama, air ini diyakini bisa membuat Anda awet muda. Bila anda mempunyai keinginan untuk tetap awet muda, tidak ada salahnya untuk mencoba !
Banyak lagi objek wisata yang bisa anda kunjungi di Agam ini. Karena tempat terbatas, lain kali akan kami sajikan objek wisata lainnya. ***








Senja di Pulau Sikuai

0 komentar

Pagi sekitar pukul 07.00 WIB pada Senin lalu, 11 September 2006, beberapa unit kapal tampak bertolak dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus menuju Pulau Sikuai yang berhadapan dengan Kelurahan Sungai Pisang Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Paling depan tampak Kapal Patroli Satpol Air Polda Sumbar, disusul KM.Todak, KM.Sikerei milik Pemkab Kepulauan Mentawai dan beberapa kapal lainnya. Dalam perjalanan menuju Pulau Sikuai itu, terlihat Pelabuhan Teluk Bayur serta beberapa kapal besar yang menunggu giliran untuk sandar di dermaga. Di balik bukit di belakang Pelabuhan Teluk Bayur itu, disanalah Pantai Air Manis tempat objek wisata Batu Malin Kundang yang telah melegenda.
Sekitar 100 orang pejabat dari Pemprov Sumbar serta para bupati dan walikota se Sumbar, beramai-ramai menuju Sikuai Island Resort yang dibangun pengusaha Nasrul Chas itu. Rupanya di pulau seluas 40 hektare yang memiliki 53 bungalow sederhana, dan dikelola oleh Grup Pusako ini, selama dua hari digelar Rapat Koordinasi Pemprov dengan Pemkab/Pemko se Sumbar.
Turun dari kapal, rombongan langsung disambut dengan welcome drink, air kelapa muda. Rasanya segar dan manis sekali, sehingga tak ada lagi rasa lelah yang dirasakan.
Saya heran, kenapa Rakor ini harus dilaksanakan di pulau ini. Rasa penasaran ini saya coba cari jawabannya dengan bertanya langsung kepada Walikota Padang Fauzi Bahar yang datang secara terpisah dengan mengendarai jet ski yang dikawal ajudannya Raju dan Yanuar dengan jet ski pula.
“Tujuan saya membawa lokasi rakor ini kesini, selain tempatnya tenang, sekaligus memperkenalkan Sikuai ini kepada para bupati dan walikota yang belum pernah kesini. Katakanlah sekalian promosi objek wisata di Kota Padang,” jawab Fauzi Bahar.
Di pulau yang memiliki pohon kelapa cukup banyak ini, masih tampak sangat asri dan bersih, serta memiliki hutan dan alam yang belum terusik. Hanya saja, turis yang berkunjung ke sana masih terbilang sangat sedikit.
Di tengah pulau ada perbukitan kecil. Di puncak bukit ini, ada sebidang tanah lapang dan diberi nama Sunset Plaza. Disinilah umumnya tiap sore mereka yang datang kesini menyaksikan sunset. Pada saat sore menjelang, hampir semua tamu yang menginap di pulau ini akan menuju puncak bukit ini. Tujuannya tiada lain, ingin menyaksikan matahari tenggelam bersama keluarga atau kekasihnya. Amboi, betapa romantisnya.
Lalu bagaimana kegiatan di tengah malamnya? Cukup banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Kita bisa berjalan-jalan di tepi pantai sambil menikmati desir lembut suara ombak yangmenjadi musik alam yang menyejukkan jiwa. Atau, bagi anda yang hobi memancing, di kawasan sebelah Selatan bisa memancing ikan. Pada pagi hari, kita bisa jogging mengelilingi pulau, dan setelah itu bisa dilanjutkan dengan kegiatan menyelam ataupun snorkling.
Bila cuaca bagus dan hari cerah, memang kegiatan menyelam atau snorkling sangat mengasyikkan dilakukan di pulau ini. Apalagi air laut sekitar pulau ini sangat jernih belum terkena limbah. Bermain di pasir yang putih, terutama bagi keluarga yang membawa libur anak-anaknya pada waktu liburan, juga merupakan pilihan yang baik.
Ingin berenang di air tawar? Kita juga bisa melakukannya. Di depan bungalow terdapat sebuah kolam renang air tawar yang cukup besar.
Sayangnya, selama dua hari di pulau itu, kami sering mengalami gelap disebabkan aliran listrik yang sering terputus. Inilah salah satu kelemahan yang perlu dibenahi manajemen Sikuai Island Resort.
Sayang memang, objek wisata seindah Sikuai masih belum mampu mengatasi kendala masalah listrik yang punya peran penting untuk memanjakan tamunya. Pulau ini harusnya punya kelengkapan produk yang terus berevolusi, sehingga mampu memberikan pengalaman tak terlupakan kepada pengunjungnya.
(Khairunnisa Nabila)


Wednesday, July 05, 2006

Terbang Melayang Bagai Burung

0 komentar

Terus terang, saya merasa beruntung bisa kenal dengan banyak orang yang bergelut di bidang pariwisata. Makanya tak heran jika saya sering diajak "raun-raun" tidak hanya keliling Indonesia, tapi juga ke luar negeri. Dan dua tahun lalu, saya berkenalan dengan seorang penerbang paralayang berlisensi internasional, Anwar Soerjomataram dan Susi Melinda dari Anten Wisata Jakarta.

Setelah perkenalan itu, mereka berdua selalu mengajak saya untuk ikut terbang di berbagai iven yang mereka gelar. Baik pak Anwar maupun mbak Susi, lalu mengenalkan saya dengan dunia paralayang ini, sehingga saya jadi ketagihan untuk selalu bisa terbang. Makanya, dalam setiap iven ini, mereka yang selalu melibatkan penerbang dari luar negeri seperti Switzerland, China, Hongkong, Amerika, Belanda, India, Malaysia, Singapura, Australia dan sebagainya, selalu mengikut-sertakan saya dalam iven yang mereka gelar.
Yach....., saya kini bisa terbang melayang dengan bebas di udara, sambil menikmati indahnya alam bawah sana. Dulu, waktu saya masih kecil, bila melihat burung-burung melayang dengan bebas, saya selalu berkhayal. "Betapa enaknya jadi burung, bisa melayang bebas di udara."
Dan, apa yang saya khayalkan waktu kecil itu kini jadi kenyataan. Saya sudah bisa melayang dengan bebas di udara, dengan memanfaatkan parasut dan take off dari sebuah ketinggian. Tak ada sedikitpun rasa takut, baik ketika akan take off, maupun bila telah berada di udara, melayang-layang kemanapun kita suka.
Yach....., kini aku sudah menjadi penerbang...!!! Dan yang paling berkesan adalah ketika saya diajak terbang oleh pak Anwar dan Mbak Susi dari puncak Putaran Angin di Batipuh Kab. Tanah Datar dan mendarat di Malalo, pinggiran Danau Singkarak pada 28-29 Januari 2006 lalu serta terbang dari Puncak Lawang, Matur Kab. Agam dan mendarat di Bayur, tepian Danau Maninjau. Pemandangan yang saya saksikan dari udara waktu terbang melayang dengan bebas begitu mempesona.
Lewat tulisan ini, tak lupa saya sampaikan terima kasih saya kepada Dhilla Auto Rental yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada saya selama mengikuti kegiatan Paralayang di Sumbar. Terus terang, selama memanfaatkan jasa mobil yang dirental dari Dhilla dengan driver yang benar-benar profesional, saya benar-benar merasa nyaman dan sangat puas sekali. Semoga Dhilla Auto Rental selalu memberikan pelayanan terbaiknya kepada semua pelanggannya. Semoga..... (jerry





Saturday, April 01, 2006

Menikmati Indahnya Alam dari Bukittingi ke Singkarak

0 komentar

Sumatra Barat memang sangat kaya dengan keindahan alamnya. Banyak objek-objek wisata memukau yang bisa kita lihat, apalagi bila kita berkeliling dengan menggunakan kendaraan sendiri. Rasanya, satu atau dua hari tidak bisa kita untuk mengunjunginya satu persatu.
Pekan lalu, dalam perjalanan dari Bukittinggi ke Singkarak dengan memanfaatkan mobil Innova yang kami sewa dari Dhilla Auto Rental di Padang dengan driver yang sekaligus merupakan guide yang mengasyikkan, penulis benar-benar merasakan suatu kebahagian tersendiri menikmati indahnya panorama alam di sepanjang perjalanan yang ditempuh. Jarak Bukit-tinggi yang hanya sekitar 40 km, penulis jalani cukup lama, karena banyaknya pemandangan yang indah untuk dilihat. Rasanya, waktu yang cukup lama itu terasa begitu singkat.
Dari Jam Gadang yang merupakan maskotnya Kota Wisata Bukittinggi itu, sekitar pukul 09.00 WIB penulis mulai bergerak arah panorama. Disini akan kita saksikan ngarai Sianok yang sering juga disebut Grand Canyon of Indonesia itu dengan latar Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Udara dingin yang menusuk sampai ke tulang sumsum karena letak kota ini 900 meter di atas permukaan laut, juga menambah nuansa tersendiri bagi kita.
Desir air yang berasal dari anak sungai yang mengalir di dasar ngarai, bagaikan menyimpan misteri masa silam yang memperdengarkan bunyi genta pedati menyisir jalan di dasar ngarai menyisir malam menuju Koto Gadang. Sayang, bunyi genta itu kini hanya tinggal kenangan. Entah kemana menghilangnya pusaka pemilik pedati, kendaraan tradisional yang dulu banyak di alam Minangkabau ini.
Sekitar satu jam kemudian, penulis memutuskan untuk mengunjungi Benteng Fort de Kock yang berjarak sekitar 500 meter dari panorama ngarai Sianok. Cukup banyak perubahan yang terlihat, dimana di areal objek wisata ini, sudah ada pula kuda tunggangan yang disewakan untuk anak-anak. Kita tidak usah kuatir dengan keselamatan anak-anak, karena mereka naik kuda dengan dipandu oleh pemilik kuda masing-masing.
Puas menikmati suasana damai di Benteng Fort de Kock, kita bisa melintas jembatan Limpapeh yang menghubungkan benteng tersebut dengan kebun binatang Taman Puti Bungsu. Disini, kita selain dapat menikmati berbagai ragam binatang, juga bisa melihat kerangka ikan paus yang cukup besar serta berbagai kerangka binatang langka lainnya.
Kerangka-kerangka binantang yang sudah diawetkan itu, diletakkan dalam sebuah bangunan namun tembus pandang karena diberi kaca. Sambil memberi makan gajah atau monyet dengan kacang tanah, kita juga bisa menikmati kicau burung di tengah hiruk pikuk anak-anak yang sedang bermain-main di taman itu.
Tanpa terasa, matahari sudah hampir berada di ubun-ubun. Setelah menikmati nasi kapau di Pasar Wisata yang terletak tak jauh dari kebun binatang, penulis melanjutkan perjalanan menuju Padangpanjang
Hawa dingin masih saja menusuk tulang. Di kota Serambi Mekkah yang juga dikenal sebagai kota hujan ini, kita bisa mampir sejenak di Minangkabau Village (perkampungan Minangkabau), dimana di lokasi ini kita bisa menyaksikan nuansa perkampungan tempo doeloe.
Puas bermain-main disini, penulis lanjutkan perjalanan arah Batusangkar, dan sesampainya di Kubu Kerambil Batipuh, setelah lewat jembatan timbangan oto (JTO), belok kanan. Bila kita belok kiri, akan terus ke Batusangkar, dan disinipun cukup banyak objek wisata yang bisa dikunjungi, seperti panorama Tabek Patah, Ustano Pagaruyung, Batu Basurek, dan juga bisa menuju Panorama Puncak Pato untuk melihat daerah Sungayang dari ketinggian.
Namun karena kendaraan yang penulis bawa belok kanan, tak lama kemudian terlihat hamparan air yang membiru berkilauan bak mutiara yang sedang dijemur. Amboi, betapa tenangnya perasaan memandang ciptaan Allah SWT.
Kami mulai menyisir jalan raya yang berada pinggir danau, menghubungkan Padangpanjang dengan Solok Kami berhenti sejenak di sebuah kios penjualan ikan di pinggir danau untuk membeli ikan bilih yang sangat gurih untuk dinikmati itu. Penulis beli cukup banyak, karena selain dimaksudkan sebagai oleh-oleh untuk teman di Jakarta karena dua hari lagi akan ke Jakarta, juga untuk dibawa pulang.
Bagi anda orang Sumbar, ikan bilih mungkin sudah tidak asing lagi mendengarnya. Ikan bilih adalah adalah sejenis ikan purba berukuran kecil khas Danau Singkarak yang populasinya semakin menyusut mengikuti menurunan permukakan air danau Singkarak, akibat airnya tersedot untuk kebutuhan proyek PLTA yang menggunakan air Danau tersebut beroperasi. Di danau Maninjau sendiri, juga ada cirri-ciri khas makanan yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh, yakni ikan rinuak.
Selama berada di kawasan pinggiran danau Singkarak ini, penulis cukup puas bermain-main. Bila badan terasa gerah setelah puas bersampan-sampan hingga ke tengah danau dengan menggunakan sampan sewaan, kita bisa mandi-mandi di pinggir danau dengan sepuas-puasnya. Airnya yang jernih dan sejak, membuat kita menjadi betah berlama-sama berendam atau berenang. Bunyi kecipak riak air danau yang mengempas ke pasir di pinggir danau, juga menambah suasana menjadi mengasyikkan.
Mungkin disebabkan lelah berenang atau memang disebabkan bau pangek bilih yang menggoda, menyebabkan penulis memutuskan untuk menikmati masakan ikan tersebut pada sebuah lepau nasi yang ada di pinggir danau itu. Lezatnya pangek ikan bilih tersebut, membuat penulis dan teman makan dengan lahapnya.
Rasanya perjalanan satu hari penuh dari Bukittinggi, Padang Panjang dan menyaksikan indahnya suasana di danau Singkarak, memang menyimpan suatu kenangan tersendiri dalam sanubari penulis. Suatu kenangan yang sulit untuk dilupakan begitu saja.
Dan dalam perjalanan menuju Kota Padang melewati Solok, penulis masih disuguhkan dengan berbagai panorama yang menakjubkan, terutama sekali ketika sampai diperbatasan kabupaten Solok dengan Kota Padang. Kerlap-kerlip lampu di Kota Padang waktu senja, terlihat begitu indahnya. (Aditya)






Menikmati Indahnya Danau Kembar dan Kebun Teh di Solok

2 komentar

Sumatera Barat memang dikenal sangat kaya dengan objek wisata alam yang tersebar pada semua daerah kabupaten maupun kota yang ada di Sumbar, salah satunya objek wisata Danau Diatas dan Danau Dibawah yang juga dikenal dengan nama Danau Kembar. Makanya, tidak mengherankan jika Sumbar juga termasuk salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia.
Danau Diatas dan Danau Dibawah ini, terletak di kabupaten Solok, atau tepatnya di daerah Bungo Tanjung, Alahan Panjang. Lokasi danau ini sangat strategis dan terletak di atas ketinggian, sehingga menyebabkan suhu udara di kawasan itu sangat dingin sekali. Makanya, bagi pengunjung yang belum terbiasa dengan suhu dingin, bila berkunjung kesana hendaknya menyiapkan sweater atau baju untuk menahan hawa dingin.
Dari Kota Padang, lokasi ini berjarak sekitar 65 kilometer dengan melewati jalan penuh tanjakan dan banyak tikungan, sehingga bila kondisi kita kurang fit atau suka mabuk perjalanan, sebaiknya mempersiapkan diri dengan menelan pil anti mabuk Menjelang kita sampai di tujuan, kita akan menyaksikan pemandangan di kanan kiri jalan yang begitu indah, karena memang 15 km meninggalkan pusat kota Padang, kita akan langsung dihadapkan perbukitan, hutan, dan jurang yang curam.
Begitu sampai di Lubuk Selasih, sekitar 35 km dari pusat kota Padang, kita belok kanan menuju arah Solok Selatan. Tak lama kemudian, kita akan disambar aroma daun teh segar, karena memang kita melewati jalan yang di kiri kanannya terhampar kebun teh yang luas.
Keperawanan alam dan keaslian budaya yang masih kental di daerah ini, adalah dua potensi yang berpadu menjadi satu sebagai modal pengembangan pariwisata di daerah yang terkenal sebagai penghasil "beras" kelas satu ini. Dan kini, akses jalan ke objek-objek yang masih tersuruk dalam keterisolasian, termasuk menuju Danau Diatas dan Danau Dibawah sudah cukup banyak.
Bila anda datang dari arah Solok, anda bisa langsung menuju Danau Dibawah dari Terminal Bareh Solok. Jalan dari sini memang sedikit sempit, namun pemandangan yang kita saksikan menjelang sampai ke tujuan, amboi……, betapa mengagumkan sekali.
Makanya, hingga dasawarsa terakhir ini Kabupaten Solok masih mengandalkan keindahan alam sebagai modal menjual pariwisata daerah kepada wisatawan, dan upaya untuk terus 'menjual'nya kepada para investor tidak pernah berhenti. Dan sebagai kabupaten paling banyak memiliki danau di Sumbar (Danau Singkarak, Danau Diateh, Danau Dibawah dan Danau Talang) Pemkab Solok sepertinya sangat menyadari betul jika daerahnya memang sudah lama dicatat orang asing sebagai daerah yang cantik
Dan beberapa tahun lalu, Pemkab Solok menggagas konsep resort baru yang diposisikan di kawasan Danau kembar plus Danau Talang. Konsep itu disebut konsep Pengembangan Resort Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Talang.
Bila kita datang dari arah Lubuk Selasih, maka sekitar vsatu kilo menjelang sampai di rumah makan Bungo Tanjung, kita akan menyaksikan hamparan air Danau Diatas yang membiru. Alam yang sejuk, asri dan segar akan menyambut kedatangan kita untuk melepas ketegangan.
Begitu sampai di simpang masuk menuju danau tersebut, bila belok kanan kita akan langsung menuju Danau Diatas. Namun bila belok kiri, kita akan bertemu dengan Danau Dibawah. Dan di pinggiran Diatas, saat ini telah berdiri pula sebuah Convention Hall yang cukup presentatif. Kita tidak tahu, apakah gedung tersebut sudah dimanfaatkan atau belum, karena sekitar bangunan tersebut terlihat tidak terawat sama sekali dan terkesan kotor.
Tak jauh dari gedung convention hall itu, juga terlihat beberapa cottage yang juga terkesan tak pernah dihuni sama sekali. Tak diketahui secara pasti siapa pemilik cottage yang letaknya sangat strategis tersebut. Konon kabarnya cottage tersebut merupakan milik Pemkab Solok untuk disewakan kepada para pelancong. Namun kenapa cottage tersebut seperti tidak berpenghuni, tak diketahui secara pasti penyebabnya.
Bosan berada di Danau Diatas, anda bisa menuju arah Timur dan menjumpai kembarannya, yakni Danau Dibawah. Disini, panorama yang disajikan juga tak kalah indahnya dengan Danau Diatas. Sambil menikmati buah markisah yang banyak dijual orang di sepanjang jalan menjelang lokasi itu, membuat kita betah untuk berlama-lama berada disana.
Di dua danau ini, kita bisa menikmati tour keliling danau dengan menggunakan perahu sewa milik masyarakat setempat. Atau sebelum anda sampai di Danau Dibawah, anda bisa mampir sejenak di sebuah panorama untuk menikmati sejuknya semilir angin yang berhembus sambil makan siang pada beberapa lokasi yang sudah dibuat Pemkab Solok. Duh rasanya kita menemukan suasana penuh kedamaian.
Masih ingin lokasi lain? Anda bisa berkunjung ke Gunung Talang dari lokasi ini. Atau bila anda datang dari Padang, sesampai di Lubuk Selasih jalan terus, dan di Bukit Sileh anda belok kanan. Namun untuk bisa mencapai danau ini, memang memerlukan waktu cukup lama.
Selain ada Danau Talang yang terletak di pinggang Gunung Talang dengan luas 1950 m x 1050 m dengan kedalaman 88m, ketinggian 1674 m di atas permukaan laut (dpl), juga ada Danau Kecil seluas 400 m x 100 m ketinggian 1707 m.Selain itu, di daerah Bukit Kili, juga terdapat mata air panas di kaki gunung api itu. Tempat-tempat itu belum dikembangkan untuk wisata atau untuk keperluan kesehatan dalam penyembuhan berbagai penyakit kulit. Padahal, daerah ini cukup punya potensi untuk dikembangkan sebagai sebuah lokasi wisata yang menjanjikan. ***
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com